'DI TIMUR MATAHARI', Anak-Anak Pembawa Perdamaian


KapanLagi.com - Oleh: Puput Puji Lestari
Pemain: Laura Basuki, Lukman Sardi, Ririn Ekawati, Ringgo Agus Rahman, Michael Idol, Putri Nere, dan Lucky Mart.
Sinopsis:
Mazmur (Simson Sikoway), Thomas (Abetnego Yigibalom) dan teman-temannya masih menunggu kedatangan guru pengganti di sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari kehidupan di luar. Kampungnya terletak di antara pegunungan tengah Papua sehingga sulit untuk dijangkau.
Sudah 6 bulan tak ada guru yang mengajar, setelah Mazmur melempar pandangannya kepada Bapak Yakob, seorang pria berumur yang masih menjaga tradisi. Dari Bapak Yakob, Mazmur tahu guru tidak juga datang. Ia pun berlari ke sekolah dan memberi kabar kepada teman-temannya, Thomas, Yokim (Razz Manoby), Agnes (Maria R) dan Suryani (Frizka W) yang  menunggu di sekolah.
Mereka memutuskan untuk menyanyi dan mencari pelajaran di alam danlingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel (Lukman Sardi), dokter Fatimah (Ririn Ekawati), om Ucok (Ringgo AR) dan om Jolex (Yullex Sawaki) mereka mendapatkan banyak pengetahuan. 
Namun sebuah kejadian mengubah semua itu, Ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah dari Agnes serta paman dari Yokim dan Suryani.
Pertikaian antar kampung tak bisa dihindari. Hukum adat untuk membayar denda atau balas dendam akan dilaksanakan. Kabar kematian Blasius, ayah Mazmur sampai kepada Michael (Michael J), adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa yang tinggal dan belajar di Jakarta. Michael terpukul mendengar itu, bersama Vina (Laura Basuki) istrinya, dia memutuskan untuk kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini.
Namun tidak segampang yang dipikirkannya, karena adik bungsunya, Alex,menentang semua pemikiran modern dari Michael. Perang! Itu jalan satu-satunya bagi Alex untuk membalas kematian Blasius. Orang dewasa bisa saja bertikai, namun tidak bagi Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya, walaupun kampung mereka bermusuhan, ayah Mazmur terbunuh oleh ayah Agnes, tapi mereka tetap berusaha berkawan dan mendamaikan kedua kampung mereka.

Review:
Seperti film Alenia sebelumnya, konsentrasi untuk mengangkat isu daerah dan pendidikan anak menjadi isu utama. Di film ini persoalan-persoalan yang terjadi di Papua dipaparkan baik melalui verbal maupun visual.
Kita diajak untuk tidak menghakimi begitu saja. Tapi melihat dengan jelas karena film ini seperti memaparkan persoalan dengan alami, tanpa dramatisasi. Bagaimana pergolakan hati warga pendatang melihat hukum adat di Papua juga digambarkan.
Banyaknya isu yang diangkat tanpa adanya fokus yang jelas bisa membuat penonton sedikit bosan dan bingung dengan cerita. Namun, meski didominasi oleh pemain lokal, namun Ari Sihasale benar-benar mampu membuat mereka berakting natural. Mengalir dengan mulus. Keindahan lanskap Papua, tentu sajasayang untuk dilewatkan. Penonton akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah di sepanjang film ini. SOURCE



Artikel Terkait:

Artikel Acak

Keluarga